Pages

Powered by Blogger.

Thursday, February 5, 2015

Teori Konseling Behavioral



                                                   BAB I
PENDAHULUAN

          Pendidikan adalah sebuah aset yang penting di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, karena bagaimana pun tidak ada bangsa yang maju tanpa diiringi
pendidikan yang bermutu.
Pendidikan yang berkualitas bukan hanya dilihat dari sejauh mana proses pengajarannya saja, Yusuf&Juntika memaparkan ada tiga bidang pendidikan yang harus menjadi perhatian, diantaranya : 1). Bidang administrative dan kepemimpinan, 2). Bidang Intruksional dan kurikuler, 3). Bidang pembinaan siswa (Bimbingan dan Konseling).
Terkait dengan masalah bimbingan dan konseling, terdapat banyak ragam teori dan pendekatan dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, salah satunya adalah teori konseling behavioral, yang akan coba kami kupas satu persatu sehingga akan tampak sedikit kejelasan, dengan harapan kupasan materi yang kami sajikan bermanfaat bagi kita semua yang bergerak dalam dunia pendidikan.

A.    Pengertian Teori Konseling Behavioral
Konseling Behavioral adalah salah satu dari teori-teori konseling yang ada pada saat ini. Konseling behavioral merupakan bentuk adaptasi dari aliran psikologi behavioristik, yang menekankan perhatiannya pada perilaku yang tampak. Pada hakikatnya konseling merupakan sebuah upaya pemberian bantuan dari seorang konselor kepada klien, bantuan di sini dalam pengertian sebagai upaya membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya (Yusuf&Juntika,2005:9).
Pengertian konseling tidak dapat dipisahkan dengan bimbingan karena keduanya merupakan sebuah keterkaitan. Muhamad Surya (1988:25) mengungkapkan bahwa konseling merupakan bagian inti dari kegiatan bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan masalah individu secara Pribadi. yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya dalam mengatasi maslahmasalahnya.
Sedangkan pengertian behavioral/ behaviorisme adalah satu pandangan teoritis yang beranggapan, bahwa persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran dan mentalitas (JP.Chaplin, 2002:54).
Aliran Behaviorisme ini berkembang pada mulanya di Rusia kemuadian diikuti perkembangannya di Amerika oleh JB. Watson (1878-1958). Dari pengertian koneling dan behaviorisme yang dipaparkan di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan konseling behavioral adalah sebuah proses konseling (bantuan) yang diberikan oleh konselor kepada klien dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tingkah laku (behavioral), dalam hal pemecahan masalah-masalh yang dihadapi serta dalam penentuan arah kehidupan yang ingin dicapai oleh diri klien.
Menurut Krumboltz& Thoresen (Surya, 1988:187) konseling behavioral adalah suatu proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu.

B.     Sejarah Konseling Behavioral
           Konseling berkembang pertama kali di Amerika yang dipelopori oleh Jesse B. Davis tahun 1898 yang bekerja sebagai konselor sekolah di Detroit (Surya,1988:39). Banyak factor yang mempengaruhi perkembangan konseling, salah satunya adalah perkembangan yang terjadi pada kajian psikologis, Surya (1988:42) mengungkapkan bahwa kekuatan-kekuatan tertentu dalam lapangan psikologis telah mempengaruhi perkembangan konseling baik dalam konsep maupun teknik.
Aliran-aliran yang muncul dalam lapangan psikologi memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan konseling, diantara aliran-aliran psikologi yang cukup memberikan pengaruh terhadap perkembangan konseling adalah sebagai berikut  behavioristik dalam perkembangan psikologi yang menolak pendapat aliran strukturalisme yang berpendapat bahwa mental, pikiran dan perasaan hendaknya ditemukan terlebih dahulu bila perilaku manusia ingin difahami, maka munculah teori introspeksi.
Aliran Behaviorisme menolak metode introspeksi dari aliran strukturalisme dengan sebuah keyakinan bahwa menurut para behaviorist metode introspeksi tidak dapat menghasilkan data yang objektif, karena kesadaran menurut para behaviorist adalah sesuatu yang Dubios, yaitu sesuatu yang tidak dapat diobservasi secara langsung, secara nyata Bagi aliran Behaviorisme yang menjadi focus perhatian adalah perilaku yang tampak, karena persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran dan
mentalitas.
Pada awalnya behaviorisme lahir di Rusia dengan tokohnya Ivan Pavlov, namun pada saat yang hamper bersamaan di Amerika behaviorisme muncul dengan salah satu tokoh utamanya John B. Watson. Di bawah ini akan kami kupas beberapa tokoh behaviorisme :

a.      Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Ivan Petrovich Pavlov adalah orang Rusia yang sangat dikenal dengan teori pengkondisian klasik (classical conditioning) dengan eksperimennya yang menggunakan anjing sebagai obyek penelitian. Pengkondisian model Pavlov ini menyatakan bahwa rangsangan yang diberikan secara berulang-ulang serta dipasangkan dengan unsure penguat, akan menyebabkan suatu reaksi

aktivitas organisme dapat dibedakan atas :
1.      Aktivitas yang bersifat reflektif ; yaitu aktivitas organisme yang tidak disadari oleh organisme yang bersangkutan. organisme membuat respons tanpa disadari sebagai reaksi terhadap stimulus yang mengenainya.
2.      Aktivitas yang disadari ; yaitu aktivitas atas dasar kesadaran organisme yang bersangkutan. Ini merupakan respons atas dasar kemauan sebagai suatu reaksi terhadap stimulus yang diterimanya. ini berarti bahwa stimulus yang diterima oleh organisme itu sampai pada pusat kesadaran, dan barulah terjadi suatu respons. Dengan demikian maka jalan yang ditempuh oleh stimulus dan respons atas kesadaran yang lebih panjang apabila dibandingkan dengan stimulus-respons yang tidak disadari (respons reflektif). Psikologi yang digagas oleh Pavlov dikenal dengan psikologi reflek

b.      Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Thorndike menitikberatkan perhatiannya pada aspek fungsional perilaku yaitu ; bahwa proses mental dan perilaku berkaitan dengan penyesuaian diri organisme terhadap lingkungannya. Karena pendapatnya tersebut maka Thorndike diklasifikasikan sebagai behaviorist yang fungsional, berbeda dengan Pavlov yang behaviorist asosiatif. dari hasil eksperimennya Thorndike menetapkan ada tiga macam hokum yang sering disebut dengan hukum primer dalam hal belajar, tiga hokum tersebut adalah :
1. Hukum Kesiapsediaan the law of readiness
2. Hukum Latihan The Law of exercise
3. Hukum efek The Law of effect
The law of readiness, adalah salah satu factor penting, karena dalam proses belajar yang baik organisme harus mempunyai kesiapsediaan, karena tanpa adanya kesiapsediaan dari organisme yang bersangkutan maka hasil belajarnya tidak akan baik.
Sedangkan hokum latihan the law of exercise Thorndike mengemukakan dua aspek yang terkandung di dalamnya yaitu ; 1). The law of use, 2). The law of disuse. The law of use adalah hukuk yang menyatkan bahwa hubungan atau koneksi antara stimulusrespons akan menjadi kuat apabila sering digunakan. The law of disuse; adalh hokum yang menyatakan bahwa koneksi antara stimulus-respons akan menjadi lemah apabila tidak latihan.
Mengenai hukum efek Thorndike berpendapatkan bahwa memperkuat atau
memperlemah hubungan stimulus-respons, tergantung pada bagaiman hasil dari
respons yang bersangkutan (Walgito,2002:56).

c.       Burrhus Frederic Skinner (1904-1990)
BF.Skinner dikenal sebagai tokoh dalam bidang pengkondisian operan (operant condisioning). Untuk memahami konsep ini, kita harus memahami dengan apa yang dimaksud perilaku operan dan perilaku respons  Perilaku respons; perilaku respons adalah perilaku alami, perilaku ini merupakan respons langsung atas stimulus, perilaku ini bersifat reflektif. Perilaku ini sama halnya dengan istilah aktivitas reflektif dalam kondisioning klasik dari Pavlov. Perilaku operan; perilaku ini lebih bersifat spontan, perilaku yang muncul bukan ditimbulkan oleh stimulus, melainkan ditimbulkan oleh organisme itu sendiri. Terdapat dua prinsip umum dalam teori pengkondisian operan yang dipaparkan olegh Skinner, dua prinsip tersebut adalah ; 1). Setiap respons yang disertai dengan Reward (sebagai reinforcement stimuli) akan cenderung diulangi, dan 2). Reward atau reinforcement stimuli akan meningkatkan kecepatan atau rate terjadinya respons memaparkan bahwa hokum dasar pengkondisian operan adalah; apabila ada satu operan yang diikuti dengan satu penguatan perangsang, maka kecepatan mereaksi akan bertambah pula. .

d. John Broadus Watson (1878-1958)
            Watson (JP.Chaplin,) mendefinisikan psikologi sebagi ilmu pengetahuan tentang tingkah laku. Sasaran behaviorisme adalah mampu meramalkan reaksi dari satu pengenalan mengenai kondisi perangsang,dan sebaliknya, juga mengenali reaksi, agar bisa meramalkan kondisi perangsang yang mendahuluinya. Inti dari behaviorisme adalah memprediksi dan mengontrol perilaku. behavioristiknya yang membantah pandangan strukturalisme dan fungsionalisme tentang kesadaran yang dapat diamati, bukan kesadaran, kaena kesadaran adalah sesuatu yang dubios. Metode-metode obyektif Watson lebih banyak menyukai studi mengenai binatang dan anak-anak, seperti sebuah studi yang ia lakukan dalam pengkondisian rasa takut pada anak-anak.


BAB II
  PEMBAHASAN

A.    Konsep Dasar Teori Konseling Behavioral
Dalam pembahasan sebelumnya telah dibahas tentang konsep dasar konseling adalah membantu, sedangkan konsep dasar dari behaviorisme adalah prediksi&control atas perilaku manusia yang tampak.
Muhamad Surya memaparkan bahwa dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu untuk mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.
Hal yang paling mendasar dalam konseling behavioral adalah penggunaan konsep-konsep behaviorisme dalam pelaksanaan konseling, seperti konsep reinforcement , yang nerupakan bentuk adaptasi dari teori pengkondisian klasik Pavlov, dan pengkondisiaan operan dari Skinner. Menurut Surya) menyatakan bahwa ada tiga macam hal yang dapat memberi penguatan yaitu : 1). Positive reinforcer,
2).Negative reinforcer, 3).no consequence and natural stimuli.

B.     Konsep Dasar Teori Konseling Keluarga Behavioral
Di dalam terapi keluarga behavioral, ditekankan tentang bagaimana
mengubah perilaku anggota keluarga / keluarga dengan memodifikasi gejala atau
akibat dari suatu tindakan. Penekanan pada penghilangan perilaku yang tidak
sesuai menjadi perilaku positif.

C.    Hakikat Manusia Dalam Konseling Behavioral
     Hakikat manusia dalam pandangan para behaviorist adalah fasif dan mekanistis,
manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan diprogram sesuai dengan
keinginan lingkungan yang membentuknya.
dalam pandangan teori behavioristi sebagai berikut : ‘ dalam teori ini menganggap
manusia bersifat mekanistik atau merespon kepada lingkungan dengan control
       terbatas, hidup dalam alam deterministic dan sedikit peran aktifnya dalam memilih
martabatnya. Manusia memulai kehidupnya dengan memberikan reaksi terhadap
lingkungannya, dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian
membentuk kepribadian. Perilaku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya
penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya.
Dapat kita simpulkan dari anggapan teori ini bahwa perilaku manusia adalah efek
dari lingkungan, pengaruh yang paling kuat maka itulah yang akan membentuk p diri
individu.

D. Hubungan Konselor –Klien
        Yang menjadi perhatian utama konselor behavioral adalah perilaku yang tampak,
dengan alasan ini banyak asumsi yang berkembang tentang pola hubungan konselorklien
lebih manupulatif- mekanistik dan sangat tidak Pribadi, namun seperti
dituturkan Rosjidan salah satu aspek yang essensial dalam terapi
behavioral adalah proses penciptaan hubungan Pribadi yang baik.
Untuk melihat hubungan konselor-klien dalam seting konseling behavioral dapat
kita perhatikan dari proses konseling behavioral. Proses konseling behavioral yaitu
sebuah proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal,
emosional, dan keputusan tertentu.
Jika kita perhatikan lebih lanjut, pendekatan dalam konseling behavioral lebih
cenderung direktif, karena dalam pelaksanaannya konselor-lah yang lebih banyak
berperan.
Peran Konselor :
a. Menyebutkan tingkah laku maladaptip
b. Memilih tujuan-tujuan yang masuk akal
c. Mengarahkan dan membimbing keluarga untuk merubah tingkah laku yang tak
sesuai

             Penerapan teori tingkah laku ke dalam konseling keluarga menekankan 3 hal
pokok:
a. Menciptakan konseling yang positip
b. Mendiagnosis problem-problem keluarga ke dalam istilah tingkah laku
c. Mengimplementasikan prinsip-rinsip tingkah laku dari penguat dan model
d. Penggunaan model dan permainan peranan dalam proses penyembuhan.
e. Adanya kesepakatan atas hal yang akan diubah antara konselor dan anggota
keluarga
        
                 E. Tipe-tipe dalam terapi keluarga behavioral
    1. Latihan perilaku orang tua ( behavioral parent training )
Behavioral parent training menunjukkan pada pelatihan keterampilan orang
tua. Terapis membantu sebagai pendidik belajar sosial yang mempunyai tanggung
jawab untuk merubah respon orang tua terhadap anak-anaknya. Berubahnya
respon orang tua, akan membuat perilaku anak pun berubah.
Tipe ini menggunakan metode verbal dan perbuatan. Di dalam metode verbal
mengandung intuksi verbal maupun tertulis. Tujuannya untuk mempengaruhi
pikiran. Sedangkan metode perbuatan menggunakan teknik bermain peran ( role
playing ), modelling dan latihan tingkah laku yang baik. Fokus utama pada
perbaikan interaksi antara orang tua dan anak yang mengalami masalah.
    
    2. Terapi pernikahan / suami istri ( mariage/ couples therapies and
education )
Dipelopori oleh Robert Liberman Empat
komponen utama dalam terapi pernikahan/ suami istri
a. Analisis perilaku dalam masalah suami istri
Analisis ini berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh terapis terhadap
pasangan, jawaban-jawaban dari angket yang diberikan, dan pengamatan terhadap
perilaku keluarga.
b. Pembalasan yang positif
Membangun teknik pemikiran yang positif dengan ‘caring day” dan
  C. Pelatihan keterampilan berkomunikasi
            Pasangan belajar menggunakan kata ‘saya’ dalam kalimat untuk
mengekspresikan perasaan-perasaan mereka. Mereka belajar tentang masalahmasalah
“here and now “ yang mereka miliki, dan kemudian merenungkan hal-hal
pada masa lalu. Selanjutnya mereka mulai menggambarkan perilaku suami/istri
dengan spesifik. Di akhir latihan, pasangan dapat memberikan feedback positif
terhadap perilaku pasangan.
D. Latihan memecahkan masalah
       Komponen ini melengkapi pasangan dengan keterampilan memecahkan
masalah, seperti menyebutkan ( secara jelas ) apa yang mereka inginkan,
kemudian merundingkannya dengan pasangan, serta membuat kesepakatan.

3. Treatment pada Disfungsi seksual ( treatment of sexual disfunctioning)
Digunakan untuk membantu pasangan suami istri yang mengalami gangguan
pada hubungan seks mereka, yang kemudian menjadi masalah pasangan. Seperti
ejakulasi dini.
Treatment yang diberikan mengandung:
Pengurangan kecemasan terhadap penampilan mereka
Pendidikan seks, yang mengandung teknik-teknik dalam hubungan suami istri
Latihan keterampilan dalam berkomunikasi
Perubahan sikap
4. Terapi fungsi keluarga ( functional family therapy )
Dalam functional family therapy, pertolongan diberikan apabila hubungan
interpersonal antar anggota keluarga dalam keadaan :
Contact/ Closeness ( Merging )
Anggota keluarga sama-sama bersaing di dalam keluarga.
Distance/ Independence ( Separating )
Anggota keluarga saling memisahkan diri, ada jarak diantara mereka.
BAB III
PENUTUP
    A. Kesimpulan
Konseling behavioral merupakan adaptasi dari aliran psikologi behaviorisme
yang memfokuskan perhatiannya pada tingkah laku yang tampak.
Pada hakikatnya konseling merupakan sebuah upaya pemberian bantuan dari
seorang konselor kepada klien, bantuan di sini dalam pengertian sebagai upaya
membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri.
Dalam pandangan kaum behaviorist (termasuk konselor behavioral) manusia
dianggap sebagai sesuatu yang dapat dirubah dan dibentuk, manusia bersifat
mekanistik dan fasif.
Banyak pendekatan dalam konseling behavioral, dari keseluruhan pendekatan
yang ada semua menjurus pada pendekatan direktif dimana konselor lebih berperan
aktif dalam penangan masalahnya.
                       








                                   
















DAFTAR PUSTAKA

        Atkinson, et.al. 1996. Pengantar Psikologi (terj Dharma, Agus.) Jakarta :
Erlangga
Chaplin, JP. 2002. Kamus Lengkap Psikologi (terj. Kartono, Kartini). Jakarta :
Raja Grapindo
Rosjidan. 1988. Pengantar Teori-teori Konseling. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen DIKTI
Surya, Muhamad. 1988. Dasar-dasar Konseling Pendidikan (Teori&Konsep).
Yogyakarta : Penerbit Kota Kembang.
Yusuf, Syamsu&Juntika, Nurihsan. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Rosdakaraya.
Walgito,Bimo. 2002. Pengantar Psikologi. Yogyakarta : Penerbit Andi

No comments:

Post a Comment