Pages

Powered by Blogger.

Thursday, February 5, 2015

MIMPI MENJADI IMPIAN



Mimpi. Apakah kalian tahu apa itu mimpi? bunga tidur. Pasti itu yang terlintas dalam pikiran kalian. Tapi, bukan itu mimpi yang kumaksud. Mimpi atau sering disebut impian adalah sesuatu yang teramat ingin kita capai. Apakah kalian mempunyai sesuatu yang teramat ingin dicapai? pasti punya, bukan? begitupun denganku.
Aku petok, umurku 9 tahun. Aku mempunyai impian terbesar yaitu menjadi seorang yang bisa mensejahterakan kawan-kawanku yang berada dikalangan ekonomi rendah. Aku juga ingin, sangat ingin membuka lapangan pekerjaan dengan modal yang minim, namun hasilnya cukup untuk membantu kelangsungan hidup bagi kawan-kawan yang berada di pinggir jalan. Membayangkan betapa bangganya kedua orangtuaku nanti, sungguh membuatku tak sabar ingin mewujudkan mimpi itu. aku mendesah pelan, memejamkan kedua mataku, membisikan harapan-harapanku kepada tuhan, berharap impian seorang anak kecil sepertiku ini dapat terbuktikan didunia nyata. Kubuka mataku kembali lalu menatap ke arah langit biru yang tersenyum cerah seakan-akan menyemangatiku.
petok,” terlihat seorang wanita paruh baya cantik di bagian sudut pasar melambaikan tangan memanggil namaku. Kutolehkan kepalaku kearah samping lalu menghampirinya “iya bu ada apa ?”. “ini nak, taruh ditempat seperti biasa ya?” sambil menyodorkan belanjaanya. “Baik bu” aku mengikuti perintahnya.
Ia adalah wanita yang sering meminta bantuanku untuk mengangkutkan barang belanjaannya kedalam mobil dengan memberikanku upah 1500 rupiah. Itu sangat  membuatku senang, bahkan kadang ia memberiku uang lebih karena ia tahu aku selalu berusaha jujur. Sebenarnya bukan hanya uang yang aku harapkan, aku berharap perkerjaan orang bisa menjadi ringan karena bantuan tangan kecilku, uangmah bonus anak sholeh saja heheh. Ibu-ibu di pasar gobang banyak mempercayaiku  karena kebanyakan anak-anak sebayaku tidak jujur contohnya, mereka sering menyelipkan sedikit belanjaan kedalam kantung celananya. Yang membuatku teramat bingung, akan mereka apakan belanjaan itu nanti.
Aku tidak sendirian. Aku tinggal bersama ibuku disebuah gubuk yang letaknya tak jauh dari pasar gobang , yang biasanya disebut pemukiman liar, karna memang lahan yang kami tempati bukan tanah milik kami tetapi tanah milik PT.PJKA. Hidup aku dan ibuku di tempat ini bergantung dengan pemerintah, bisa saja aku tiba-tiba diusir dari tanah yang bukan milik kami ini. Keadaan inilah yang membuatku makin bersemangat untuk bersokolah dan berkerja karena impianku sangat lah besar.
Kata orang jika kita memiliki sahabat, semua permasalahan akan menjadi mudah, karena persahabatan tidak mengenal namanya perbedaan, jarak, harta ataupun suku. Apapun itu, sahabat akan tetap ada. Sahabat sejati tidak akan pergi walaupun dia telah disia-siakan bahkan arti kehadirannya dan juga perbuatannya tidak pernah dianggap. Yang ada dalam benak diri seorang sahabat adalah bisa selalu ada untuk orang-orang yang dianggapnya sahabat, entah orang tersebut mengaanggapnya hanya sebatas teman biasa atau orang yang berarti, yang terpenting baginya bisa membantu sahabatnya.
Tapi kenyataannya aku adalah orang yang terbiasa menyendiri, aku tak pernah mengerti arti sebuah persahabatan, punya sahabat pun belum pernah kurasakan. Aku tidak begitu  suka dengan keramaian, aku lebih suka duduk dihalaman rumah, dan mengisi hari-hariku dengan menulis ditemani secangkir teh hangat. Aku sangat suka menulis,bahkan hal kecil yang berada dilingkunganku dengan mudah dapat kujadikan tema tulisanku, apapun itu, asalkan aku dapat menuangkan semua yang ada dalam pikiranku. Hingga suatu hari aku didatangi oleh seseorang yang merubah duniaku, mengajariku arti persahabatan,
“Hai,, kamu Petok kan??” seorang gadis berparas cantik menghampiri dan menyapaku.“iya, kamu siapa?” tanyaku sambil menatap lekat keorang itu, aku terheran-heran dengannya karena aku belum pernah melihatnya.“kenalin, aku Auliagadis itu mengulurkan tangannya. Aku pun membalas uluran tangan Aulia, setelah berbincang lama aku mengetahui tentang dirinya, ia adalah anak dari ibu Wati, wanita yang sering kubantu di pasar tadi. Aku tak tahu darimana dia memahami seluk belukku. Walaupun tidak seluruhnya, namun dia tahu informasi dasar tentangku dengan sekejap. Mungkin saja dia sudah lama mengenalku lewat cerita ibunya. Terserahlah, apapun itu aku tak peduli aku senang dekat dengan aulia.
Aulia sahabatku yang begitu jahil sering mengusikku, diam-diam dia sering muncul dari belakangku, membaca setiap baris goresan penaku yang kutulis pada kertas-kertas putih. Setelah selesai aku menulis barulah dia mengagetkanku, dengan mengulang kata-kata yang baru aku tulis. aku merasakan dunia seakan merubah polanya ketika Aulia mengagetkanku. “kamu?".  kataku kaget bukan main,. aku merasa tidak enak, ketika aku sedang berkarya dilihat orang.ketika apa? hayoo” Tanya Aulia dengan wajah penasarannya. haha, nanti aja ya tunggu udah selesai ceritanya, kamu jadi orang pertama deh yang boleh baca rayuku pada Aulia.“oke janji ya?” meminta kepastian. “janji” tegasku.
Hari berganti hari kulalui serasa aku sudah menemukan arti sahabat dalam hidupku. Dialah sahabat petama yang kupunya, dia yang selalu ada untukku, mengukir kebahagiaan di hari-hariku, dia selalu membantuku menemukan inspirasi, kini duniaku menjadi berubah. Aku pun juga selalu ada untuk Aulia, Bagiku Aulia sangat penting, karena dia telah merubah warna hidupku.
Sore hari, aku bejalan menuju danau bersama aulia. Terlihat lautan sampah di pinggir danau. Terfikir sekilas olehku untuk membuat perubahan besar di danau itu. Aku dan aulia mengkoordinir warga kampung untuk membersihkan danau tersebut, untungnya perkataanku dan aulia didengar karena karena usia kami tidak kanak-kanak lagi, usiaku saat ini 17 tahun. Aku baru saja lulus dari sebuah SMAN terfavorit di bandar lampung dengan nilai rata-rata 9,8 dan sekarang aku telah tercatat sebagai salah satu  mahasiswa universitas lampung.
Kini kehidupan bundaku dan aku semakin membaik, aku sudah mulai memiliki penghasilan sedikit demi sedikit, karena setelah pulang kuliah aku membuka jasa untuk memperbaiki peralatan elekronik yang rusak dirumahku. Disuatu ketika, aku sedang asyik memperbaiki sebuah komputer, ada sesosok pria gagah yang menghampiri aku ia mencela pekerjaanku, “heiii bocah ingusan, jadi seperti ini kinerjamu!!” bentak ia. “maksud bapak apa?” aku bingung. “ Tv yang kamu perbaiki kemarin, bukan benar malah tambah rusak” tegas ia dengan wajah marah. “ maaf pak, kalau begitu biar saya perbaiki lagi” pinta aku. “ tidak usah! Nanti malah jadi tambah rusak, saya minta uang ganti rugi saja!” Bapak itu menolak tawarannku. Baik pak akan saya  ganti, kira-kira berapa uang yang saya harus keluarkan ?” tanyaku. “Rp 5.000.000”. aku terkejut setengah mati mendengar ucapan bapak itu “maaf pak bukannya uang yang bapak keluarkan itu hanya Rp1.500.000” aku memastikan. “ iya, itu untuk biaya transportasi, omelan istriku, dan lain-lain, jadi kalau ditotal Rp 5.000.000”. “baiklah pak” dengan pasrah aku pun mengganti uang bapak itu.
Ya semua ini adalah pelajaran untukku agar lebih berhati-hati ketika sedang melakukan pekerjaan ini, aku mencoba mengumpulkan uang lagi karena uang yang kuserahkan untuk bapak itu adalah uang untuk anak yatim yang setiap bulan kuberikan kepada panti asuhan “WILI”. Panti asuhan wili adalah panti asuhan terbesar yang dimiliki oleh sepasang suami istri muda yang sukses, S2 telah diraih keduanya. Nama panti asuhan wili pun singkatan dari nama pemiliknya. Ya widi dan lia Aku mencoba untuk menambah penghasilan, mengasah otak kesana-kemari. Tapi 5 sudah berjalan aku tidak menemukan penghasilan tambahan selain dari mekanik electronik itu. Yasudah mungkin memang hanya dari sini sja aku bisa mendapatkan uang, karena tidak putus asa, aku mengunjungi  satu-persatu rumah berharap ada tv, radio, atau sejenisnya yang dapat kuperbaiki.
Akhirnya ada yang meminta aku untuk memperperbaiki Tv,dan Ac di sebuah rumah di ujung jalan, rumah yang begitu megah, dihiasi taman bunga mawar dihalamannya, yang dijaga oleh 3 orang satpam. Katanya Tv diruangan satpam ini mulai agak tidak jelas gambarnya. Dengan penuh semangat karena takut siang pergi aku langsung mengerjakan tv dan ac itu. Tiga jam berlalu akhirnya perkerjaanku selesai juga, bayaran pun kuterima, dan alhamdulillah uangnya lumayan untuk kutabung. Ketabahannya dalam bekerja menghantarkaku kepada kesuksesan dan tentu saja berkat bantuan Tuhan, orangtua, dan sahabat yang berada di sampingku. Namun impian terbesar yang di angan-angankan belum terpenuhi seutuhnya tapi aku percaya disetiap usaha pasti ada jalan.

                                                            ---TAMAT---

No comments:

Post a Comment