BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan
adalah sebuah aset yang penting di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
karena bagaimana pun tidak ada bangsa yang maju tanpa diiringi
pendidikan yang bermutu.
Pendidikan yang
berkualitas bukan hanya dilihat dari sejauh mana proses pengajarannya saja,
Yusuf&Juntika memaparkan ada tiga bidang pendidikan yang harus menjadi
perhatian, diantaranya : 1). Bidang administrative dan kepemimpinan, 2). Bidang
Intruksional dan kurikuler, 3). Bidang pembinaan siswa (Bimbingan dan
Konseling).
Terkait dengan
masalah bimbingan dan konseling, terdapat banyak ragam teori dan pendekatan
dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, salah satunya adalah teori
konseling behavioral, yang akan coba kami kupas satu persatu sehingga akan
tampak sedikit kejelasan, dengan harapan kupasan materi yang kami sajikan bermanfaat
bagi kita semua yang bergerak dalam dunia pendidikan.
A.
Pengertian Teori
Konseling Behavioral
Konseling
Behavioral adalah salah satu dari teori-teori konseling yang ada pada saat ini.
Konseling behavioral merupakan bentuk adaptasi dari aliran psikologi behavioristik,
yang menekankan perhatiannya pada perilaku yang tampak. Pada hakikatnya konseling merupakan sebuah upaya
pemberian bantuan dari seorang konselor kepada klien, bantuan di sini dalam
pengertian sebagai upaya membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang
dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu
menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya
(Yusuf&Juntika,2005:9).
Pengertian
konseling tidak dapat dipisahkan dengan bimbingan karena keduanya merupakan
sebuah keterkaitan. Muhamad Surya (1988:25) mengungkapkan bahwa konseling
merupakan bagian inti dari kegiatan bimbingan secara keseluruhan dan lebih
berkenaan dengan masalah individu secara Pribadi. yang bersifat rahasia, penuh
dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien,
konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya
dalam mengatasi maslahmasalahnya.
Sedangkan
pengertian behavioral/ behaviorisme adalah satu pandangan teoritis yang
beranggapan, bahwa persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi
mengenai kesadaran dan mentalitas (JP.Chaplin, 2002:54).
Aliran
Behaviorisme ini berkembang pada mulanya di Rusia kemuadian diikuti perkembangannya
di Amerika oleh JB. Watson (1878-1958). Dari pengertian koneling dan behaviorisme
yang dipaparkan di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan konseling behavioral adalah sebuah proses konseling (bantuan)
yang diberikan oleh konselor kepada klien dengan menggunakan
pendekatan-pendekatan tingkah laku (behavioral), dalam hal pemecahan masalah-masalh
yang dihadapi serta dalam penentuan arah kehidupan yang ingin dicapai oleh diri
klien.
Menurut
Krumboltz& Thoresen (Surya, 1988:187) konseling behavioral adalah suatu
proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional,
dan keputusan tertentu.
B.
Sejarah Konseling
Behavioral
Konseling
berkembang pertama kali di Amerika yang dipelopori oleh Jesse B. Davis tahun
1898 yang bekerja sebagai konselor sekolah di Detroit (Surya,1988:39). Banyak
factor yang mempengaruhi perkembangan konseling, salah satunya adalah
perkembangan yang terjadi pada kajian psikologis, Surya (1988:42) mengungkapkan
bahwa kekuatan-kekuatan tertentu dalam lapangan psikologis telah mempengaruhi
perkembangan konseling baik dalam konsep maupun teknik.
Aliran-aliran
yang muncul dalam lapangan psikologi memberikan pengaruh yang cukup besar
terhadap perkembangan konseling, diantara aliran-aliran psikologi yang cukup
memberikan pengaruh terhadap perkembangan konseling adalah sebagai berikut behavioristik dalam perkembangan psikologi
yang menolak pendapat aliran strukturalisme yang berpendapat bahwa mental,
pikiran dan perasaan hendaknya ditemukan terlebih dahulu bila perilaku manusia
ingin difahami, maka munculah teori introspeksi.
Aliran
Behaviorisme menolak metode introspeksi dari aliran strukturalisme dengan
sebuah keyakinan bahwa menurut para behaviorist metode introspeksi tidak dapat
menghasilkan data yang objektif, karena kesadaran menurut para behaviorist adalah
sesuatu yang Dubios, yaitu
sesuatu yang tidak dapat diobservasi secara langsung, secara nyata Bagi aliran
Behaviorisme yang menjadi focus perhatian adalah perilaku yang tampak, karena
persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi
mengenai kesadaran dan
mentalitas.
Pada awalnya
behaviorisme lahir di Rusia dengan tokohnya Ivan Pavlov, namun pada saat yang
hamper bersamaan di Amerika behaviorisme muncul dengan salah satu tokoh
utamanya John B. Watson. Di bawah ini akan kami kupas beberapa tokoh behaviorisme
:
a. Ivan
Petrovich Pavlov (1849-1936)
Ivan Petrovich
Pavlov adalah orang Rusia yang sangat dikenal dengan teori pengkondisian klasik
(classical conditioning) dengan eksperimennya yang menggunakan anjing
sebagai obyek penelitian. Pengkondisian model Pavlov ini menyatakan bahwa rangsangan
yang diberikan secara berulang-ulang serta dipasangkan dengan unsure penguat,
akan menyebabkan suatu reaksi
aktivitas
organisme dapat dibedakan atas :
1. Aktivitas
yang bersifat reflektif ; yaitu aktivitas organisme yang tidak disadari oleh
organisme yang bersangkutan. organisme membuat respons tanpa disadari sebagai
reaksi terhadap stimulus yang mengenainya.
2. Aktivitas
yang disadari ; yaitu aktivitas atas dasar kesadaran organisme yang bersangkutan.
Ini merupakan respons atas dasar kemauan sebagai suatu reaksi terhadap stimulus
yang diterimanya. ini berarti bahwa stimulus yang diterima oleh organisme itu
sampai pada pusat kesadaran, dan barulah terjadi suatu respons. Dengan demikian
maka jalan yang ditempuh oleh stimulus dan respons atas kesadaran yang lebih
panjang apabila dibandingkan dengan stimulus-respons yang tidak disadari
(respons reflektif). Psikologi yang digagas oleh Pavlov dikenal dengan
psikologi reflek
b. Edward
Lee Thorndike (1874-1949)
Thorndike
menitikberatkan perhatiannya pada aspek fungsional perilaku yaitu ; bahwa
proses mental dan perilaku berkaitan dengan penyesuaian diri organisme terhadap
lingkungannya. Karena pendapatnya tersebut maka Thorndike diklasifikasikan
sebagai behaviorist yang fungsional, berbeda dengan Pavlov yang behaviorist
asosiatif. dari hasil eksperimennya Thorndike menetapkan ada tiga macam hokum
yang sering disebut dengan hukum primer dalam hal belajar, tiga hokum tersebut
adalah :
1. Hukum Kesiapsediaan the law of
readiness
2. Hukum Latihan The Law of exercise
3. Hukum efek The Law of effect
The law of
readiness, adalah salah satu factor penting,
karena dalam proses belajar yang baik organisme harus mempunyai kesiapsediaan,
karena tanpa adanya kesiapsediaan dari organisme yang bersangkutan maka hasil
belajarnya tidak akan baik.
Sedangkan hokum
latihan the law of exercise Thorndike mengemukakan dua aspek yang
terkandung di dalamnya yaitu ; 1). The law of use, 2). The law of disuse. The
law of use adalah hukuk yang menyatkan bahwa hubungan atau koneksi antara
stimulusrespons akan menjadi kuat apabila sering digunakan. The law of
disuse; adalh hokum yang menyatakan bahwa koneksi antara stimulus-respons
akan menjadi lemah apabila tidak latihan.
Mengenai hukum
efek Thorndike berpendapatkan bahwa memperkuat atau
memperlemah hubungan stimulus-respons,
tergantung pada bagaiman hasil dari
respons yang bersangkutan
(Walgito,2002:56).
c. Burrhus
Frederic Skinner (1904-1990)
BF.Skinner
dikenal sebagai tokoh dalam bidang pengkondisian operan (operant condisioning).
Untuk memahami konsep ini, kita harus memahami dengan apa yang dimaksud
perilaku operan dan perilaku respons Perilaku
respons; perilaku respons adalah perilaku alami, perilaku ini merupakan respons
langsung atas stimulus, perilaku ini bersifat reflektif. Perilaku ini sama
halnya dengan istilah aktivitas reflektif dalam kondisioning klasik dari
Pavlov. Perilaku operan; perilaku ini lebih bersifat spontan, perilaku
yang muncul bukan ditimbulkan oleh stimulus, melainkan ditimbulkan oleh
organisme itu sendiri. Terdapat dua prinsip umum dalam teori pengkondisian
operan yang dipaparkan olegh Skinner, dua prinsip tersebut adalah ; 1). Setiap
respons yang disertai dengan Reward (sebagai reinforcement stimuli) akan
cenderung diulangi, dan 2). Reward atau reinforcement stimuli akan
meningkatkan kecepatan atau rate terjadinya respons memaparkan bahwa
hokum dasar pengkondisian operan adalah; apabila ada satu operan yang diikuti
dengan satu penguatan perangsang, maka kecepatan mereaksi akan bertambah pula.
.
d. John Broadus Watson (1878-1958)
Watson (JP.Chaplin,) mendefinisikan
psikologi sebagi ilmu pengetahuan tentang tingkah laku. Sasaran behaviorisme
adalah mampu meramalkan reaksi dari satu pengenalan mengenai kondisi
perangsang,dan sebaliknya, juga mengenali reaksi, agar bisa meramalkan kondisi
perangsang yang mendahuluinya. Inti dari behaviorisme adalah memprediksi dan
mengontrol perilaku. behavioristiknya yang membantah pandangan strukturalisme
dan fungsionalisme tentang kesadaran yang dapat diamati, bukan kesadaran, kaena kesadaran adalah sesuatu
yang dubios. Metode-metode obyektif Watson lebih banyak menyukai studi
mengenai binatang dan anak-anak, seperti sebuah studi yang ia lakukan dalam
pengkondisian rasa takut pada anak-anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Dasar Teori
Konseling Behavioral
Dalam
pembahasan sebelumnya telah dibahas tentang konsep dasar konseling adalah
membantu, sedangkan konsep dasar dari behaviorisme adalah prediksi&control
atas perilaku manusia yang tampak.
Muhamad Surya
memaparkan bahwa dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil
belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi
kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu
penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu untuk mengubah
perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.
Hal yang paling
mendasar dalam konseling behavioral adalah penggunaan konsep-konsep
behaviorisme dalam pelaksanaan konseling, seperti konsep reinforcement ,
yang nerupakan bentuk adaptasi dari teori pengkondisian klasik Pavlov, dan
pengkondisiaan operan dari Skinner. Menurut Surya) menyatakan bahwa ada tiga
macam hal yang dapat memberi penguatan yaitu : 1). Positive reinforcer,
2).Negative reinforcer, 3).no
consequence and natural stimuli.
B.
Konsep Dasar Teori
Konseling Keluarga Behavioral
Di dalam terapi keluarga
behavioral, ditekankan tentang bagaimana
mengubah perilaku anggota keluarga /
keluarga dengan memodifikasi gejala atau
akibat dari suatu tindakan.
Penekanan pada penghilangan perilaku yang tidak
sesuai menjadi perilaku positif.
C.
Hakikat Manusia Dalam
Konseling Behavioral
Hakikat manusia
dalam pandangan para behaviorist adalah fasif dan mekanistis,
manusia dianggap sebagai sesuatu yang
dapat dibentuk dan diprogram sesuai dengan
keinginan lingkungan yang membentuknya.
dalam pandangan teori behavioristi
sebagai berikut : ‘ dalam teori ini menganggap
manusia bersifat mekanistik atau
merespon kepada lingkungan dengan control
terbatas, hidup
dalam alam deterministic dan sedikit peran aktifnya dalam memilih
martabatnya. Manusia memulai kehidupnya
dengan memberikan reaksi terhadap
lingkungannya, dan interaksi ini
menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian
membentuk kepribadian. Perilaku
seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya
penguatan yang diterima dalam situasi
hidupnya.
Dapat kita simpulkan dari anggapan
teori ini bahwa perilaku manusia adalah efek
dari lingkungan, pengaruh yang paling
kuat maka itulah yang akan membentuk p diri
individu.
D. Hubungan Konselor –Klien
Yang menjadi
perhatian utama konselor behavioral adalah perilaku yang tampak,
dengan alasan ini banyak asumsi yang
berkembang tentang pola hubungan konselorklien
lebih manupulatif- mekanistik dan
sangat tidak Pribadi, namun seperti
dituturkan Rosjidan salah satu aspek
yang essensial dalam terapi
behavioral adalah proses penciptaan
hubungan Pribadi yang baik.
Untuk melihat hubungan konselor-klien
dalam seting konseling behavioral dapat
kita perhatikan dari proses konseling
behavioral. Proses konseling behavioral yaitu
sebuah proses membantu orang untuk
belajar memecahkan masalah interpersonal,
emosional, dan keputusan tertentu.
Jika kita perhatikan lebih lanjut,
pendekatan dalam konseling behavioral lebih
cenderung direktif, karena dalam
pelaksanaannya konselor-lah yang lebih banyak
berperan.
Peran Konselor :
a. Menyebutkan tingkah laku maladaptip
b. Memilih tujuan-tujuan yang masuk
akal
c. Mengarahkan dan membimbing keluarga
untuk merubah tingkah laku yang tak
sesuai
Penerapan teori tingkah laku ke
dalam konseling keluarga menekankan 3 hal
pokok:
a. Menciptakan konseling yang positip
b. Mendiagnosis problem-problem
keluarga ke dalam istilah tingkah laku
c. Mengimplementasikan prinsip-rinsip
tingkah laku dari penguat dan model
d. Penggunaan model dan permainan
peranan dalam proses penyembuhan.
e. Adanya kesepakatan atas hal yang
akan diubah antara konselor dan anggota
keluarga
E. Tipe-tipe
dalam terapi keluarga behavioral
1. Latihan
perilaku orang tua ( behavioral parent training )
Behavioral parent training menunjukkan
pada pelatihan keterampilan orang
tua. Terapis membantu sebagai pendidik
belajar sosial yang mempunyai tanggung
jawab untuk merubah respon orang tua
terhadap anak-anaknya. Berubahnya
respon orang tua, akan membuat perilaku
anak pun berubah.
Tipe ini menggunakan metode verbal dan
perbuatan. Di dalam metode verbal
mengandung intuksi verbal maupun
tertulis. Tujuannya untuk mempengaruhi
pikiran. Sedangkan metode perbuatan
menggunakan teknik bermain peran ( role
playing ), modelling dan latihan
tingkah laku yang baik. Fokus utama pada
perbaikan interaksi antara orang tua
dan anak yang mengalami masalah.
2. Terapi
pernikahan / suami istri ( mariage/ couples therapies and
education )
Dipelopori oleh Robert Liberman Empat
komponen utama dalam terapi pernikahan/
suami istri
a. Analisis perilaku dalam masalah
suami istri
Analisis ini berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan oleh terapis terhadap
pasangan, jawaban-jawaban dari angket
yang diberikan, dan pengamatan terhadap
perilaku keluarga.
b. Pembalasan yang positif
Membangun teknik pemikiran yang positif
dengan ‘caring day” dan
C. Pelatihan
keterampilan berkomunikasi
Pasangan
belajar menggunakan kata ‘saya’ dalam kalimat untuk
mengekspresikan perasaan-perasaan
mereka. Mereka belajar tentang masalahmasalah
“here and now “ yang mereka miliki, dan
kemudian merenungkan hal-hal
pada masa lalu. Selanjutnya mereka
mulai menggambarkan perilaku suami/istri
dengan spesifik. Di akhir latihan,
pasangan dapat memberikan feedback positif
terhadap perilaku pasangan.
D.
Latihan memecahkan masalah
Komponen ini
melengkapi pasangan dengan keterampilan memecahkan
masalah, seperti menyebutkan ( secara
jelas ) apa yang mereka inginkan,
kemudian merundingkannya dengan
pasangan, serta membuat kesepakatan.
3. Treatment pada Disfungsi seksual
( treatment of sexual disfunctioning)
Digunakan untuk membantu pasangan suami
istri yang mengalami gangguan
pada hubungan seks mereka, yang
kemudian menjadi masalah pasangan. Seperti
ejakulasi dini.
Treatment yang diberikan mengandung:
Pengurangan kecemasan terhadap
penampilan mereka
Pendidikan seks, yang mengandung
teknik-teknik dalam hubungan suami istri
Latihan keterampilan dalam
berkomunikasi
Perubahan sikap
4. Terapi fungsi keluarga (
functional family therapy )
Dalam functional family therapy,
pertolongan diberikan apabila hubungan
interpersonal antar anggota keluarga
dalam keadaan :
Contact/ Closeness ( Merging )
Anggota keluarga sama-sama bersaing di
dalam keluarga.
Distance/ Independence ( Separating )
Anggota keluarga saling memisahkan
diri, ada jarak diantara mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konseling behavioral merupakan adaptasi
dari aliran psikologi behaviorisme
yang memfokuskan perhatiannya pada
tingkah laku yang tampak.
Pada hakikatnya konseling merupakan
sebuah upaya pemberian bantuan dari
seorang konselor kepada klien, bantuan
di sini dalam pengertian sebagai upaya
membantu orang lain agar ia mampu
tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri.
Dalam pandangan kaum behaviorist
(termasuk konselor behavioral) manusia
dianggap sebagai sesuatu yang dapat
dirubah dan dibentuk, manusia bersifat
mekanistik dan fasif.
Banyak pendekatan dalam konseling
behavioral, dari keseluruhan pendekatan
yang ada semua menjurus pada pendekatan
direktif dimana konselor lebih berperan
aktif dalam penangan masalahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson,
et.al. 1996. Pengantar Psikologi (terj Dharma, Agus.) Jakarta :
Erlangga
Chaplin, JP. 2002. Kamus Lengkap
Psikologi (terj. Kartono, Kartini). Jakarta :
Raja Grapindo
Rosjidan. 1988. Pengantar
Teori-teori Konseling. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen DIKTI
Surya, Muhamad. 1988. Dasar-dasar
Konseling Pendidikan (Teori&Konsep).
Yogyakarta : Penerbit Kota Kembang.
Yusuf, Syamsu&Juntika, Nurihsan. Landasan
Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Rosdakaraya.
Walgito,Bimo.
2002. Pengantar Psikologi. Yogyakarta : Penerbit Andi
No comments:
Post a Comment